🌓 Jumlah Bulu Sayap Burung Murai Batu

Yangjelas, murai batu betina yang sudah birahi, tanda-tandanya suka menggetar-getarkan sayap dan selalu berusaha mendekat ke murai batu jantan. Untuk membuat burung cepat jodoh, dia biasanya melakukan hal sebagai berikut (lihat juga hal yang sama dilakukan untuk penjodohan cucak ijo) : 1. MrKiki Ares KAW Team Depok tampaknya tidak hanya eksis dilomba dengan sejumlah burung jawaranya, tapi juga sukses mencetak murai batu unggulan lewat budidaya penangkaran. Berikut ini profil produk anakan-anakannya. Meski Copot Bulu Sayap 6 Lembar, MB Hitman Moncer Dikelas Utama Anniversary Acil Tzunami MOG. Klik untuk Komentar. SAYAPMENGEMPIT RAPAT DAN KAKI MENCENGKRAM KUAT4. LINCAH DAN BERNAPSU MAKAN5. BURUNG MURAI BATU MEDAN-ASLI KTP SUMATERA(BERSERTIFIKAT) ANAKAN UMUR 4-5 BULAN – EKOR 10-15CM – Anakan Jantan Hrg Rp.1.800.000. Memasuki umur tiga bulan, murai batu muda telah memiliki bulu Jumlahbulu sayap Garuda Pancasila masing-masing (sayap kanan dan sayap kiri) adalah 17 helai. Makna angka 17 ini adalah tanggal kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17′ Berapa Jumlah Bulu Ekor Garuda Pancasila dan Apa Maknanya? Jumlah bulu ekor Garuda Pancasila MuraiBatu import Murai Batu Import Selain Murai Batu asli Indonesia, ada juga Murai Batu yang berasal dari luar Indonesia atau bia Profil Mengenai Saya Nama Toko : HAEKAL BURUNG Nama Pemilik : RAHMAT DERMAWAN Hp. 0852-1053-4274 Web : haeklburung : Karenajika dilihat dari statistik jumlah peminat penghobi terhadap jenis Murai Batu, peminat Murai Batu Borneo berada pada tingkatan bawah. Selain mengatasi burung Murai Batu macet berkicau, bulu mengkorok, nglowo (sayap turun) dan mematuk ornamen sangkar. Pangkas porsi Jangkrik menjadi 3 pagi dan 2 sore. Lakukan pengembunan (jam 05.30 Jumlahgigi dari bulu babi ini sebanyak 5 buah. 6. Bagian cangkang dari bulu babi ini terdapat duri-duri yang berperan sebagai penggerak dari hewan tersebut. (IUCN), bahwa untuk burung Murai Batu di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlahnya sudah semakin berkurang. Tanpa berselang lama semua jenis burung penyanyi dari Artingebetman : murai batu yang sering membuka sayap ketika bertemu dengan musuhnya biasa dialami murai yang overbirahi. Kacer Mbagong Nah dari istilah dalam burung kicau sebagaimana yang telah disampaikan di atas, perlu diketahui bahwa di setiap daerah belum tentu bahwa semuanya umum menggunakan beberapa istilah seperti halnya tersebut. Krotomerupakan salah satu makanan segar untuk pemacu agar burung Murai Batu rajin berkicau, kroto sebaiknya diberikan dalam kondisi segar dan tidak berbau. Orong-orong adalah serangga seperti jangkrik yang mempunyai sayap dan bisa terbang. Orong-orong mudah ditemukan di tempat lembab seperti pematang sawah, kandang sapi, kandang kerbau . Murai batu Copsychus malabaricus telah menjadi salah satu pilihan penghobi burung di Indonesia sejak dua puluh tahun terakhir, termasuk di Kota Bengkulu. Para penghobi burung telah mulai melakukan beberapa langkah konservasi biologi antara lain dengan melakukan upaya penetasan dan pemeliharaan anakan. Anakan murai batu dikenal cukup sulit untuk dipelihara dan akan mudah mati apabila dipisahkan dari induknya, sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui tentang ukuran morfometriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data fundamental pertumbuhan kuantitatif badan, sayap dan kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama pemeliharaan ex situ mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. Koleksi data dilakukan dengan metode observasi dan pengukuran panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki setiap minggu. Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan anakan murai batu kelamin campuran bervariasi antara 44,9 mm sampai 52,2 mm dengan rata-rata 49,56 mm/ekor, panjang sayap antara 100,4 mm sampai 115,5 mm dengan rata-rata 107,25 mm/ekor, dan panjang kaki antara 50,2 mm sampai 53,2 mm dengan rata-rata 51,45 mm/ekor. Dapat disimpulkan bahwa terjadi pertambahan ukuran kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan murai batu hingga fase ranggas bulu pertama. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Sain Peternakan Indonesia Available at DOI P-ISSN 1978-3000 E-ISSN 2528-7109 Volume 15 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2020 414 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Pertumbuhan Kuantitatif Anakan Murai Batu Hingga Fase Ranggas Bulu Pertama Quantitative Development of White-Rumped Shama Chick Reared until the First Moulting Stage H. D. Putranto1, B. Brata1, dan Y. Yumiati2 1Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu 2Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dehasen Bengkulu Corresponding e-mail heri_dp ABSTRACT Among Indonesian especially in Bengkulu city, white-rumped shama Copsychus malabaricus had been choosen as one of favorite pet since past two decades. We found that number of bird keepers in Bengkulu also managed to do hatching of eggs and bird chick rearing management. However, it was not easy to keep a chick survive when it separated from parent. This study aims to explore a weekly fundamental data on white-rumped shama quantitative development of body length, wing length and feet length during a rearing period of 30 -days of age until first moulting stage. All data were analysed descriptively. Research results showed that mixed sex white-rumped shama chicks body length varied between mm to mm averaged mm/chick, wing length varied between mm to mm averaged mm/chick, and feet length varied between mm to mm averaged mm/chick. It can be concluded that mixed sex white-rumped shama chick's body, wing and feet length were developed quantitatively during its 30-days of age until its first moulting stage. Key words chick, moulting, quantitative development, white-rumped shama. ABSTRAK Murai batu Copsychus malabaricus telah menjadi salah satu pilihan penghobi burung di Indonesia sejak dua puluh tahun terakhir, termasuk di Kota Bengkulu. Para penghobi burung telah mulai melakukan beberapa langkah konservasi biologi antara lain dengan melakukan upaya penetasan dan pemeliharaan anakan. Anakan murai batu dikenal cukup sulit untuk dipelihara dan akan mudah mati apabila dipisahkan dari induknya, sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui tentang ukuran morfometriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data fundamental pertumbuhan kuantitatif badan, sayap dan kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama pemeliharaan ex situ mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. Koleksi data dilakukan dengan metode observasi dan pengukuran panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki setiap minggu. Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan anakan murai batu kelamin campuran bervariasi antara 44,9 mm sampai 52,2 mm dengan rata-rata 49,56 mm/ekor, panjang sayap antara 100,4 mm sampai 115,5 mm dengan rata-rata 107,25 mm/ekor, dan panjang kaki antara 50,2 mm sampai 53,2 mm dengan rata-rata 51,45 mm/ekor. Dapat disimpulkan bahwa terjadi pertambahan ukuran kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan murai batu hingga fase ranggas bulu pertama. Kata kunci anakan, kuantitatif, murai batu, pertumbuhan, ranggas bulu. PENDAHULUAN Bagi para penghobi burung di nusantara, istilah anakan atau trotol adalah kosakata yang digunakan untuk menyebut individu anak burung. Untuk penghobi atau pemelihara burung murai batu Copsychus malabaricus, anakan diartikan sebagai anak burung murai batu yang berumur 12 sampai 14 hari atau sampai belum berganti bulu dewasa Putranto et al., 2020b. Secara umum diketahui bahwa anakan burung murai batu akan mengalami ranggas bulu pertama kalinya pada umur 4 sampai 5 bulan Gambar 1. Gambar 1. Profil anakan burung murai batu 415 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Sampai saat ini, penghobi burung murai batu di Kota Bengkulu menemukan beberapa masalah saat melakukan pemisahan anakan dari induknya Brata et al., 2019, Putranto et al., 2018; 2019 a,b; 2020a,b. Masalah utamanya adalah apabila dilakukan upaya pemisahan/penyapihan paksa, maka akan memunculkan peningkatan level cekaman pada anakan yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan appetite anakan yang dapat berakibat fatal berupa mortalitas. Diperkirakan, anakan masih belum bisa makan sendiri atau masih dilolohkan oleh induknya. Tindakan penyapihan/pemisahan anakan dari induknya masih belum menjadi prioritas dalam pemeliharaan burung murai batu. Fase hidup burung selanjutnya adalah sebuah tahapan pergantian atau luruhnya bulu dari tubuh. Fase pergantian bulu ini juga dikenal dengan istilan ranggas bulu atau moulting Putranto et al., 2020b. Ranggas bulu atau moulting adalah proses perontokan atau pergantian bulu-bulu yang terjadi pada burung, ayam, serta unggas berbulu lainnya dan biasanya burung dan unggas akan mengalami masa ranggas bulu 1 tahun sekali secara periodik. Untuk murai batu, biasanya anakan mulai berganti bulu pada umur sekitar 4 - 5 bulan. Seiring dengan kesadaran masyarakat akan upaya konservasi dalam hal ini upaya menjaga populasi plasma nutfah di habitat in situ, dalam kondisi tertentu beberapa penghobi dan penangkar burung murai batu telah memulai upaya potensial yang mengarah pada tindakan pelestarian Putranto et al., 2020a,b. Upaya potensial tersebut antara lain adalah penetasan dan penyapihan yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara pemilik/penangkar burung dengan calon pembeli anakan burung walaupun ada resiko yang besar. Hingga saat ini, masih banyak informasi biologi burung murai batu yang belum diketahui secara pasti. Kendala berupa sulitnya melakukan penyapihan, tindakan khusus berupa menyuapi dalam aktifitas makan sampai level cekaman yang tinggi menyebabkan anakan murai batu jarang dipelihara terpisah sehingga membuat terbatasnya informasi ukuran morfometriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi data fundamental pertumbuhan kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama pemeliharaan ex situ mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. MATERI DAN METODE Sebanyak 8 ekor anakan murai batu berjenis kelamin campuran mixed sex yang berasal dari satu peternak yang sama dengan jenis persilangan antara Medan x Bengkulu Utara dipergunakan dalam penelitian ini. Anakan memiliki umur yang sama 30 hari dengan berat badan yang bervariasi, dan kondisi kesehatan yang baik. Pakan yang diberikan berupa kombinasi voer dan kroto yang dilolohkan sekali sehari serta air minum ad libitum. Adapun kandungan nutrisi dalam kroto yaitu larva dan pupa berupa kalori 493 kkal, kadar air 22%, protein 24,1 g, lemak 42,2 g, karbohidrat 4,3 g, serat 4,6 g, abu 2,8%, kalsium 40 mg, fospor 230 mg, besi 10,4 mg, vitamin A 710 IU, vitamin B1 0,22 0,22 mg, vitamin B2 1,13 mg dan niacin 5,7 mg Prayoga, 2015; Putranto et al., 2020b. Kandungan nutrisi pada voer antara lain protein minimal 19%, lemak minimal 3%, serat maksimal 9% dan kadar air maksimal 12% Anonim, 2019. Seperti yang dilaporkan dalam penelitian sebelumnya Putranto et al., 2020b, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sangkar yang berbentuk umbaran dengan panjang 200 cm, lebar 50 cm, tinggi 175 cm dan tinggi tiang sangkar 25 cm. Tiap sangkar dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, tempat mandi burung, dan tempat bertengger. Alat lainnya yang dipergunakan adalah penggaris besi 30 cm, alat tulis, sprayer, kamera dan jangka sorong digital electronic digital caliper ketelitian 0,001 mm produksi Qingdao Tide Machine Tool Supply Co, Ltd. Penelitian telah dilakukan selama 6 bulan dimulai pada tanggal 01 September 2019 – tanggal 29 Februari 2020 di Kota Bengkulu. Penelitian dilakukan secara observasi dengan pengukuran parameter morfometrik anakan murai batu setiap minggu. Koleksi data dilakukan melalui pengamatan secara langsung anakan murai batu yang dipelihara. Parameter pertumbuhan kuantitatif yang diamati adalah Panjang Badan Pengukuran panjang badan anakan murai batu kelamin campuran diukur menggunakan jangka sorong digital dengan satuan mm. Metode pengukuran mengikuti Jull 1951, yaitu diukur mulai dari pangkal leher hingga pangkal ekor burung. 416 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Panjang Sayap Pengukuran panjang sayap anakan murai batu kelamin campuran diukur menggunakan jangka sorong digital dengan satuan mm. Metode pengukuran merujuk pada Lambey 2013, diukur mulai dari pangkal sayap hingga ujung bulu sayap burung tanpa penekanan Gambar 2. Gambar 2. Pengukuran panjang sayap Panjang Kaki Pengukuran panjang kaki anakan murai batu kelamin campuran diukur menggunakan jangka sorong digital dengan satuan mm. Metode pengukuran mengikuti Jull 1951, diukur mulai dari pangkal paha atau femur sampai ujung tulang kering atau tibia. Data yang diperoleh ditabulasi, dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dibahas secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti meyakini bahwa informasi pertumbuhan kuantitatif anakan murai batu C. malabaricus ini adalah artikel ilmiah pertama yang menampilkan data morfometrik anakan murai batu kelamin campuran yang dipelihara pada habitat ex situ. Secara umum, masih dipercaya bahwa terdapat beberapa perbedaan antara pertumbuhan kuantitatif individu yang hidup secara alami pada habitat in situ dan individu yang dipelihara pada habitat ex situ dengan modifikasi lingkungan. Hasil penelitian pertumbuhan kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan anakan murai batu kelamin campuran memiliki ukuran yang berbeda-beda. Pada setiap minggu umur ranggas bulu didapati panjang badan anakan murai batu kelamin campuran bervariasi antara 44,9 mm sampai 52,2 mm dengan rata-rata 49,56 mm/ekor. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan ukuran panjang badan anakan murai batu kelamin campuran diakibatkan adanya faktor genetik, jenis kelamin dan pakan. Selanjutnya, data hasil penelitian pada Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa pada setiap minggu umur ranggas bulu didapati panjang sayap anakan burung murai batu kelamin campuran bervariasi antara terendah 100,4 mm sampai tertinggi 115,5 mm dengan rata-rata 107,25 mm/ekor. Perbedaan umur ranggas bulu menyebabkan pencapaian pertumbuhan ukuran panjang sayap yang berbeda untuk setiap individu anakan burung murai batu. Peneliti berasumsi bahwa hal ini juga disebabkan juga oleh faktor genetik, pakan dan faktor lingkungan sebagaimana perbedaan panjang badan sebelumnya. Lebih jauh lagi, pada Tabel 1 data hasil penelitian memperlihatkan pertumbuhan kuantitatif panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran selama penelitian yang memiliki tren yang serupa dengan pertumbuhan kuantitatif panjang badan dan panjang sayap. Dapat dilihat bahwa panjang kaki anakan murai batu kelamin campuran hingga fase ranggas bulu pertama selama penelitian diketahui berbeda-beda baik dalam ukuran panjang ataupun waktu ranggas bulunya. Pada setiap minggu umur ranggas bulu didapati panjang kaki anakan burung murai batu kelamin campuran bervariasi antara 50,2 mm sampai 53,2 mm dengan rata-rata 51,45 mm/ekor. Menurut Putranto et al., 2020b ranggas bulu atau bulu rontok pertama diasumsikan sebagai tanda utama molting atau mabung pada burung murai batu. Sedangkan mabung atau molting diartikan sebagai proses perontokan atau pergantian bulu-bulu yang terjadi pada burung biasanya dengan frekuensi 1 tahun sekali secara periodik. Hasil studi eksploratif yang dilakukan Putranto et al. 2020b sebelumnya, diketahui bahwa ke-8 anakan murai batu kelamin campuran yang diamati mengalami ranggas bulu pertama pada umur pemeliharaan dan umur biologis yang bervariasi. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 4 2020 Edisi Oktober-Desember 417 Tabel 1. Pertumbuhan kuantitatif panjang badan, panjang sayap, dan panjang kaki anakan murai batu kelamin campuran mulai umur 30 hari hingga fase ranggas bulu pertama. Pertumbuhan Kuantitatif Anakan Murai Batu kelamin Campuran Keterangan PB = Panjang Badan PS = Panjang Sayap PK = Panjang Kaki A1 = Anakan murai batu nomor 1 A2 = Anakan murai batu nomor 2 A3 = Anakan murai batu nomor 3 A4 = Anakan murai batu nomor 4 A5 = Anakan murai batu nomor 5 A6 = Anakan murai batu nomor 6 A7 = Anakan murai batu nomor 7 A8 = Anakan murai batu nomor 8 * = Waktu ranggas bulu pertama 418 Pertumbuhan kuantitatif anakan Murai Batu hingga fase ranggas... Putranto... et al., 2020 Hasil studi terdahulu didapatkan data bahwa rata-rata ranggas bulu pertama anakan murai batu kelamin campuran terjadi pada umur pemeliharaan 7,25 minggu umur biologi 80,75 hari dengan rentang waktu umur pemeliharaan 4 – 10 minggu atau umur biologi anakan murai batu antara 58 - 100 hari. Selanjutnya, disebutkan pula oleh Putranto et al. 2020b dari ke-8 anakan murai batu kelamin campuran dalam penelitian ini, umur ranggas bulu pertama tercatat paling cepat pada umur pemeliharaan 4 minggu umur biologi 58 hari dan paling lambat pada umur pemeliharaan 10 minggu umur biologi 100 hari. Menurut Anonim 2020a, burung yang masih berusia muda atau anakan mengalami pertumbuhan dengan cepat jika dibarengi dengan pemberian protein yang cukup dalam pakan yang diberikan. Hal ini senada dengan pendapat Anggorodi 1995 menyatakan bahwa setiap pertumbuhan pada tulang, jaringan otot, organ internal dan bagian tubuh lainnya, protein dalam pakan menjadi salah satu komponen yang penting dalam pertumbuhan. Disebutkan pula bahwa pemberian protein dalam jumlah 20% saja sudah cukup untuk pertumbuhan anakan. Pada penelitian ini anakan murai batu diberikan pakan berupa kombinasi voer dan kroto yang diasumsikan bergizi cukup tinggi. Adapun kandungan protein dalam kroto mencapai 24,1 g dan nilai ini sudah lebih tinggi dibandingkan pendapat sebelumnya yang hanya menyarankan jumlah 20%. Hasil studi terdahulu dari Hickman et al. 2007 tentang sayap pada burung, dinyatakan bahwa sayap pada burung memiliki ukuran yang berbeda-beda karena menyesuaikan antara tubuh burung dengan habitatnya. Burung memiliki sepasang sayap dan tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh serta mempengaruhi daya terbang Radiopoetro, 1986. Tulang-tulang di sayap sangat ringan sehingga burung bisa terbang lebih mudah. Burung memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang. Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap. Tulang sayap dan kaki memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk menambah kekuatan struktur tulang. Tulang sayap relatif panjang dan luas permukaan sayap berhubungan untuk menghasilkan beban sayap yang rendah Saraswati et al., 2018. Secara umum, menurut Anonim 2020b, kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl, heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yang paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon. Burung murai batu tergolong dalam burung penyanyi. Untuk panjang kaki burung Jull 1951 menulis bahwa kaki burung diasumsikan terdiri atas panjang paha yang merupakan panjang tulang femur yaitu dari persendian tulang pangkal paha sampai dengan persendian pangkal atas tulang tibia. Hasil penelitian tentang panjang kaki anakan burung murai batu berkelamin campuran memiliki ukuran yang bervariasi. Perbedaan ini diasumsikan akibat dari perbedaan jenis kelamin, genetik dan pakan yang diberikan. Prayoga 2015 menyatakan komponen yang terdapat dalam kroto yaitu larva dan pupa terdapat kandungan gizi Vit A sebesar 710 IU yang dianggap tinggi. Ditambahkan oleh pendapat dari Rose 1997 yang menyatakan bahwa pertumbuhan tulang lebih banyak diatur oleh faktor genetik dan hormon serta vitamin D dan A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi pertambahan ukuran kuantitatif panjang badan, panjang sayap dan panjang kaki anakan murai batu hingga fase ranggah bulu pertama. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan hibah Penelitian Dasar multi tahun yang didanai oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi /Badan Riset dan Inovasi Nasional DRPM Kemenristek /BRIN Republik Indonesia dengan nomor kontrak 165/SP2H/AMD/LT/DRPM/2020. Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada DRPM Kemenristek/BRIN, LPPM Universitas Bengkulu, Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, asisten peneliti Mexi Mandela, Mei Pran Syahputra, dan Ilham Satrio Soeyono atas bantuan yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 4 2020 Edisi Oktober-Desember 419 Anonim. 2020a. Kebutuhan Protein dan Vitamin Pada Burung Peliharaan. Diakses tanggal 8 Agustus 2020. Anonim. 2020b. Anatomi Burung. Diakses tanggal 8 Agustus 2020. Anonim. 2019. Keistimewaan Gold Coin. Diakses tanggal 20 Maret 2020. Brata, B., H. D. Putranto, J. Setianto, dan Y. Yumiati. 2019. Deskripsi manajemen pemeliharaan hewan potensial burung murai batu studi kasus di Kota Bengkulu. Prosiding Semirata BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Jambi tanggal 27 – 29 Agustus 2019, hal 647-657. Hickman, Roberts, Keen, A. Larson dan Eisenhour. 2007. Animal Diversity. Mc Graw-Hill, New York. Jull, 1951. Poultry Husbandry. 3rd Ed. Micgraw-Hill publishing CO., Ltd. Lambey, 2013. Kajian biologis, tingkah laku, reproduksi dan kekerabatan burung weris, Gallirallus philppensis di Minahasa Sulawesi Utara. Program Pascasarjana, IPB, Bogor. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2020a. Ex-situ population of white-rumped shama Copsychus malabaricus Studies of density, distribution and bird keepers in Bengkulu, Sumatera. Biodiversitas 21 3 865-874. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2020b. Kajian ranggas bulu pertama trotol murai batu Copsychus malabaricus pada pemeliharaan intensif. Prosiding Webinar Nasional 2020 Persepsi “Kontribusi Usaha Ternak Lokal Sebelum dan Sesudah Pandemi Dalam Memenuhi Protein Hewani Di Indonesia”, tanggal 29 Mei 2020, hal 38-44. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2019a. Profil dan populasi peternak murai batu di Kota Bengkulu. Prosiding Semirata BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Jambi tanggal 27 – 29 Agustus 2019, hal 1225-1234. Putranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2019b. Ex-situ population of white-rumped shama Density, distribution and bird fanciers. Prosiding International Conference on Biodiversity Society for Indonesian Biodiversity SIB Mataram, Indonesia, 14-15 December 2019, hal 123. Putranto, H. D., D. Okvianto, dan H. Prakoso. 2018. Reproductive studies on murai batu Copsychus malabaricus in Bengkulu local captive breeding. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 2 130-139. Prayoga, B. 2015. Kupas Tuntas Budidaya Kroto Cara Modern. Penebar Swadaya. Radiopoetro. 1986. Zoology. Cetakan 3. Percetakan Erlangga. Rose, 1997. Principle of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience International, New York. Saraswati, S. Tana, Yuniwarti. 2018. Morphologycal description of Javanese Celepuk Female Otus angelina. Buletin Anatomi dan Fisiologi 3 1 110-115. ... Keeping a favorite pet, such as White-rumped Shama or Copsychus malabaricus, can lead to an uncontrol situation, a decreasing population for some avian species in the wild caused by poaching Putranto et al. 2019aPutranto et al. , 2020Putranto et al. , 2021. However, scientific information about Indonesia's Whiterumped Shama birds, in terms of biological data and its intensive daily management in captivity and the wild, is still very limited. ...... However, scientific information about Indonesia's Whiterumped Shama birds, in terms of biological data and its intensive daily management in captivity and the wild, is still very limited. Furthermore, some preliminary studies reported on the growth of White-rumped Shama feathers Putranto et al. 2021, the growth rate and morphometric size of some body parts of White-rumped Shama chicks Putranto et al. 2020, the reproductive ability and egg production of female birds Putranto et al. 2018, and domesticated White-rumped Shama bird populations Putranto et al. 2019a. However, there is no scientific data on its reproduction and breeding behaviors. ...Putranto HD, Nurmeilliasari, Harahap AS, Brata B, Sutriyono, Yumiati Y. 2023. The evidence of cloaca display as an indicator to validate breeding behavior during the matchmaking phase on local Indonesia female White-rumped Shama Copsychus malabaricus. Biodiversitas 24 486-491. White-rumped Shama bird, which Indonesian bird lovers call the Murai Batu bird Copsychus malabaricus, has been a favorite bird for almost a decade. This bird is well-known among bird keepers for its colors and male singing voices. Generally, we recognize some biological behaviors that are trusted as avian behaviors. However, some specific behaviors in wild and domesticated birds are still not detected and unclear. The objective of this study was to validate and analyze the scientific evidence, frequency, and duration of cloaca display appearance as indicators of the female White-rumped Shama birds breeding behavior during the matchmaking phase. By animal focal sampling method, 18 sexually mature females of local White-rumped Shama captivated and observed by the research peer team were observed intensively for cloaca display activity during 22 days of matchmaking observation duration. Those 18 female samples were treated for matchmaking with another 8 males. For the cloaca display frequency and duration parameter, a time sampling method was used by dividing a total of 6 hours of daily behavior observation into 3 hours of observation duration, 2 times a day with 6 hours of distance between one observation and to next observation. Daily behavior observation conducted between am to am continued from pm to pm. Cloaca display frequency was counted as how often a female shows a cloaca exposure to her male matchmaking partner during the daily observation period. Then, a cloaca display duration was measured in the unit of seconds for each cloaca display behavior confirmed. Seventeen 17 female White-rumped Shama birds 94% samples exhibited motion of cloaca display, with 21 motions of cloaca display behaviors confirmed. The earliest cloaca display behavior was confirmed on day 15 after matchmaking began, and the latest behavior was confirmed on day 22 after matchmaking began. These behaviors were seen on average of day after matchmaking began. The shortest duration of cloaca display behavior lasted for seconds, and the longest lasted for seconds, with an average duration of seconds for each motion. The average daily confirmed cloaca display frequency among that female White-rumped Shama was times in 22 days of matchmaking observation duration. Cloaca display motion is seen daily 21 days during 22 days of observation conducted, and the relative frequency percentage of cloaca display behavior was There is no proven info about the breeding behavior of this bird, and based on our scientific results, we strongly believe cloaca display motion can be validated as the main indicator of Indonesia's local female White-rumped Shama birds' breeding behavior. It can be read from the relative frequency percentage of cloaca display motion of female White-rumped Shama, which is overtopped 95% or dominant motion in its breeding behavior.... Perbedaan ukuran panjang sayap dan panjang bulu ekor juga dipengaruhi oleh umur dari burung nuri talaud. Putranto et al. 2020 menyatakan bahwa perbedaan umur burung menyebabkan pertumbuhan ukuran panjang sayap dan panjang bulu ekor yang berbeda untuk setiap individu. Hal ini sejalan dengan Hickman et al. 2017 menyatakan bahwa sayap dan bulu ekor pada burung memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi karena perbedaan perkembangan dan disesuaikan dengan habitat. ...Josephine L. P. Mangke Lucia Johana LambeyJ. KeintjemPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari serta mengetahui morfometri burung nuri talaud Eos histrio talautensis yang dipelihara secara ex situ di pulau Karakelang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi terhadap burung nuri talaud yang dipelihara oleh masyarakat secara ex situ di pulau Karakelang, dengan menggunakan 12 sampel burung nuri talaud dan variabel yang diamati antara lain, berat badan, panjang kepala, panjang paruh, panjang sayap, panjang ekor, panjang shank, dan panjang badan. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat badan burung nuri Talaud yaitu 102-150 gram dengan rata-rata 127,41 gram, panjang kepala 35,85-50,49 mm dengan rata-rata 42,96 mm, panjang paruh 19,15-22,03 mm dengan rata-rata 20,08 mm, panjang sayap 18-22 cm dengan rata-rata 20,41 cm, panjang bulu ekor 11-14 cm dengan rata-rata 12,5 cm, panjang shank 13,31-19,43 mm dengan rata-rata 15,78 mm, dan panjang badan 26-30 cm dengan rata-rata 28,83 cm. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemeliharaan secara ex situ yang dilakukan oleh masyarakat di pulau Karakelang menghasilkan burung nuri talaud Eos histrio talautensis dengan nilai morfologinya rendahKata kunci Morfometri, Burung nuri talaud, Pulau KarakelangHeri Dwi PutrantoBieng BrataYossie YumiatiPutranto HD, Brata B, Yumiati Y. 2020. Ex-situ population of White-rumped Shama Copsychus malabaricus Studies of density, distribution and bird keepers in Bengkulu, Sumatra. Biodiversitas 21 865-874. Purpose of this research was to estimate number of White-rumped Shama Copsychus malabaricus or locally known as murai batu which are kept by Bengkulu's bird keepers, analyze its population density, population distribution, and the profile of bird keepers. Researcher used field observation method by conducting interviews during June-September 2019. Respondents were determined using purposive sampling method and sampling was continued by snowball sampling method. Bird population data were analyzed by using population density formula and population distribution formula, while profile of bird keepers was analyzed descriptively. In 9 sub-districts of Bengkulu City total of 642 birds that are kept by bird keepers in ex-situ habitat, consisting of 434 males and 208 females with sex ratio approximately of 21. Population density was birds per km2 male birds/km2 and female birds/km2. Population distribution by a Variance-Mean Ratio formula was or VMR > 1. Furthermore, there were 79 keepers consist of 78 male bird keepers and 1 female keeper Eleven bird keepers were categorized as captive breeders and 68 keepers were categorized as bird hobbyists. In conclusion, density population of ex-situ White-rumped Shama in Bengkulu City was birds per km2, and population distribution interpreted as negative binomial distribution. Bird keepers were divided into two groups, captive breeders and bird hobbyists. Husain PutrantoD. OkviantoH. PrakosoBurung adalah salah satu jenis hewan peliharaan pet yang banyak digemari masyarakat di Indonesia saat ini. Banyak jenis burung yang dipelihara karena kemerduan suaranya dan keindahan warna bulunya. Jenis burung peliharaan yang bernilai ekonomis tinggi akan menunjukkan status sosial ekonomi pemeliharanya. Burung Murai Batu Copsychus malabaricus termasuk sebagai burung yang digemari dan bernilai ekonomis tinggi. Hingga saat ini masih belum banyak diketahui informasi tentang status reproduksinya baik yang berada di habitat in situ maupun ex situ. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara pada penangkar lokal di Kota Bengkulu. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data biologis dasar berupa tampilan reproduksi burung Murai Batu pada penangkaran ex-situ yang dilakukan oleh penangkar lokal di Kota Bengkulu. Data hasil observasi dan wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian pada penangkar lokal di Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa burung Murai Batu menghasilkan telur rata-rata 2,9 butir dalam dua periode bertelur. Lama durasi mengeram rata-rata 12,1 hari dalam dua periode bertelur dengan daya tetas sebesar 94,16% dalam dua periode bertelur. Anakan burung Murai Batu disapih pada umur 30 hari sedangkan untuk jarak waktu bertelur kembali rata-rata 20,1 hari dalam dua periode bertelur. Kata kunci Burung Murai Batu, reproduksi, penangkaran Protein dan Vitamin Pada Burung PeliharaanAnonimAnonim. 2020a. Kebutuhan Protein dan Vitamin Pada Burung Peliharaan. P HickmanL S RobertsS L KeenA Larson DanD J EisenhourHickman, Roberts, Keen, A. Larson dan Eisenhour. 2007. Animal Diversity. Mc Graw-Hill, New ranggas bulu pertama trotol murai batu Copsychus malabaricus pada pemeliharaan intensif. Prosiding Webinar Nasional 2020 Persepsi "Kontribusi Usaha Ternak Lokal Sebelum dan Sesudah Pandemi Dalam Memenuhi Protein Hewani Di IndonesiaH D PutrantoB BrataDan Y YumiatiPutranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2020b. Kajian ranggas bulu pertama trotol murai batu Copsychus malabaricus pada pemeliharaan intensif. Prosiding Webinar Nasional 2020 Persepsi "Kontribusi Usaha Ternak Lokal Sebelum dan Sesudah Pandemi Dalam Memenuhi Protein Hewani Di Indonesia", tanggal 29 Mei 2020, hal population of white-rumped shama Density, distribution and bird fanciersH D PutrantoB BrataDan Y YumiatiPutranto, B. Brata, dan Y. Yumiati. 2019b. Ex-situ population of white-rumped shama Density, distribution and bird fanciers. Prosiding International Conference on Biodiversity Society for Indonesian Biodiversity SIB Mataram, Indonesia, 14-15 December 2019, hal Tuntas Budidaya Kroto Cara ModernB PrayogaPrayoga, B. 2015. Kupas Tuntas Budidaya Kroto Cara Modern. Penebar 1986. Zoology. Cetakan of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience InternationalS P RoseRose, 1997. Principle of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience International, New York. Murai Batu atau Copsychus malabaricus merupakan salah satu jenis burung yang termasuk ke dalam famili Turdidae. Jenis burung yang satu ini dikenal sebagai pemakan serangga atau insektivora tetapi ada juga sebagian yang pemakan buah – buahan. Burung Murai Batu ini sangat pintar meniru dan rajin berkicau dengan suara yang sangat merdu sehingga banyak pecinta burung yang gemar memelihara bahkan ternak Murai Batu sekarang sudah banyak dikembangan dan menjadi ladang bisnis. Ciri – ciri Murai Batu secara umum yaitu memiliki ekor yang berukuran lebih panjang daripada tubuhnya, paruh berwarna hitam, memiliki jumlah bulu ekor 12 helai 4 helai berwarna putih, 8 helai berwarna hitam, memiliki bulu bagian kepala, leher dan dada bagian atas berwarna hitam mengkilap, bulu pada pangkal ekor berwarna putih, memiliki suara merdu, mampu menirukan suara kicauan burung bahkan pada habitat aslinya Murai Batu mampu menirukan suara orang utan dan air terjun. Ada berbagai jenis Murai Batu seperti Murai Batu Medan, Murai Batu Lampung, Murai Batu Kalimantan, Larwo, Murai Batu Malaysia, dan masih ada jenis murai batu lainnya di daerah Sumatra. Dari berbagai jenis Murai Batu yang ada di Indonesia, Murai Batu Medan merupakan yang tebaik. Murai Batu Medan memiliki intonasi suara yang lebih jelas, lebih banyak variasi kicauannya, memiliki warna bulu yang lebih hitam, postur tubuh lebih besar, dan lebih cepat jinak. Langkah – langkah berternak Murai Batu Pemilihan indukan Dalam proses pemilihan indukan, usahakan memilih bibit yang memiliki kualitas baik agar mendapatkan keturunan yang baik pula. Ciri – ciri indukan Murai Batu yang memiliki kualitas baik yaitu tidak cacat fisik, kaki tidak pincang, tidak sakit, sayap tidak ada yang patah, memiliki gerakan yang gesit, berbadan besar dan panjang, memiliki bulu yang bagus, mengkilap, dan utuh pada bagian sayap, badan, dan ekor, serta memiliki sorot mata yang tajam. Untuk indukan jantan dan betina pilihlah yang berumur 10 bulan sampai 1 tahun karena pada umur ini merupakan umur yang ideal untuk reproduksi. Selain itu pilihlah Murai Batu yang jinak serta tidak penakut untuk memudahkan saat perawatan. Pembuatan kandang penangkaran Kandang penangkaran atau yang sering disebut kandang perjodohan ini idealnya dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Sebelum Anda memulai membuat kandang ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui agar kandang ternak Murai Batu memiliki suasana yang tenang dan membuat burung tidak mudah stres. Berikut penjela­­san lengkap mengenai kandang ternak Murai Batu yang ideal Lokasi pembuatan kandang Pilihlah lokasi di samping rumah atau pekarangan rumah. Hindari suasana yang bising dan adanya gangguan hewan lain seperti tikus, kucing, serangga, ular, musang, anjing, dan lainnya. Berilah tempat berlindung untuk Murai Batu agar terhindar dari hujan, angin kencang, dan panas matahari. Usahakan kandang menghadap timur agar mendapatkan sinar matahari pagi, buatlah lantai kandang dengan posisi lebih tinggi daripada posisi tanah yang ada di luar kandang agar air hujan tidak masuk ke dalam. Bahan pembuatan kandang Bahan kandang yang digunakan untuk penangkaran Murai Batu bisa menggunakan kombinasi antara kawat, ebonit, tembok bata, atau batako. Untuk atapnya Anda bisa menggunakan genteng agar kondisi di dalam kandang tidak terlalu panas. Sebisa mungkin hindari penggunaan atap yang terbuat dari seng karena akan terasa panas saat siang hari dan akan menimbulkan kebisingan ketika hujan. Lantai kandang bisa dibuat dengan kawat ram, serutan ebonit, pasir, tanah, atau lantai semen. Ukuran kandang Ukuran kandang sebenarnya tidak ada patokan khusus, sesuaikan dengan lokasi dan fasilitas yang ada. Tetapi untuk ternak Murai Batu ukuran kandang idealnya yaitu panjang 3 meter, lebar 2 meter, dan tingginya 2,75 cm. Ukuran ini biasanya diisi oleh dua pasang Murai Batu. Sebaiknya kandang dibuat 2 pintu, pintu yang satu berukuran kecil berfungsi untuk memsukkan makanan atau minuman dan yang satunya berukuran besar berfungsi untuk tempat keluar masuknya manusia ketika akan membersihkan kandang. Perlengkapan di dalam kandang penangkaran Untuk kenyamanan Murai Batu agar cepat berjodoh dan bertelur salah satuya didukung dengan adanya fasilitas dalam kandang seperti sarang untuk bertelur, tempat untuk bertengger, tempat makan dan tempat minum. Sarang untuk bertelur bisa Anda buat dari anyaman rotan membentuk bulat, sarang yang terbuat dari besek, atau bisa juga dari sabut kelapa. Selain itu berikan jerami, ijuk, rumput kering, atau ranting – ranting kecil karena nantinya burung akan mengangkut sendiri kemudian disusun ke dalam sarang. Sarang ini akan digunakan untuk tempat bertelur, mengerami telur, serta mengasuh anaknya jadi usahakan sarang burung terletak di tempat yang bebas dari ancaman maupun gangguan binatang – binatang kecil seperti semut dan serangga. Tempat bertengger atau tenggeran merupakan tempat yang biasa digunakan untuk hinggap Murai Batu, membersihkan paruh ketika selesai makan, bercengkerama, serta tempat untuk tidur ketika malam hari. Tempat bertengger bisa Anda buat menggunakan ranting pohon yang besarnya bisa Anda sesuaikan dengan ukuran kaki Murai Batu. Tempat makan dan minum burung Murai Batu usahakan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan mudah untuk dipindah – pindahkan. Pilihlah bahan plastik atau aluminium agar tidak mudah karatan dan tidak mudah bocor. Perawatan kandang Murai Batu Untuk menjaga agar kandang tidak cepat rusak dan Murai Batu merasa nyaman serta sehat sebaiknya kandang dirawat secara berkala. Untuk pembersihan kandang bisa dilakukan sambil memberi pakan, sedangkan untuk perawatan berkala setiap seminggu sekali dilakukan khusus untuk perawatan kondisi kandang, isi kandang, dan perlengkapan kandang. Perawatan yang dilakukan setiap hari meliputi pembersihan tempat makan dan minum. Makanan yang tidak habis sebaiknya dibuang dan diganti dengan yang baru, untuk air minum sebaiknya juga diganti setiap hari. Jangan lupa lakukan penyemprotan menggunakan desinfktan agar kandang terbebas dari semut. Penyemprotan desinfektan bisa dilakukan setiap1 minggu sekali. Selain itu sarang burung yang sudah dipakai untuk bertelur dan mengasuh anaknya sebaiknya diganti dengan sarang yang baru agar terhindar dari serangan kutu yang ada dalam sangkar. Pemberian pakan pada Murai Batu Untuk pemenuhan nutrisi yang cukup untuk aktivitas dan produktivitas paada Murai Batu diperlukan pakan alami berupa kroto, pakan buatan pabrikan, atau campuran antara pakan alami dan pakan buatan. Jangan lupa beri tambahan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu Anda bisa menambahkan pakan ekstra seperti cacing, belalang, ulat, dan jangkrik. Proses penjodohan Murai Batu Umumnya 1 Murai Batu jantan bisa untuk 7 indukan betina sehingga sering disebut berkembangbiak secara poligami. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai penjodohan pada ternak Murai Batu yaitu memasukkan 2 indukan betina yang sudah berumur 1 tahun ke dalam kandang, selanjutnya biarkan sekitar 2 minggu untuk menyesuaikan diri. Langkah selanjutnya yaitu masukkan indukan jantan beserta sangkarnya ke dalam kandang yang telah berisi Murai Batu betina tadi. Biarkan selama 1 minggu agar burung beradaptasi dan tidak menyerang indukan betina. Ketika indukan betina sudah mulai birahi ditandai dengan bersiul – siul dan mendekati sangkar burung jantan, maka saat itulah waktu yang tepat untuk melepaskan indukan jantan dari sangkarnya. Proses perawatan anakan Murai Batu Anakan atau piyik Murai Batu yang berumur 7 – 14 hari diberi pakan berupa campuran kroto dan voer yang sudah diencerkan menggunakan air. Pada usia ini piyik diberi makan setiap 1 jam sekali. Setelah berusia 15 hari ke atas, piyik sudah bisa makan sendiri. Hal yang perlu diperhatikan adalah kroto yang digunakan untuk pakan harus sudah bersih dan terbebas dari semut – semut. Itulah tadi informasi lengkap mengenai ternak Murai Batu yang sangat sederhana dan mudah untuk dicoba khususnya bagi pemula. Nantikan artikel terbaru lainnya dari kami. Semoga bermanfaat. Burung murai termasuk ke dalam genus Copsychus dengan nama lain Shamas. Jenis burung ini mudah ditemukan di hutan tropis Afrika serta Asia dengan kondisi rindang akan pepohonan dan dedaunan. Di Indonesia, murai batu merupakan salah satu jenis murai yang paling digemari dibanding jenis lainnya. Kicaunya yang nyaring membuat burung murai dijadikan burung peliharaan. Selain itu, burung dengan harga relatif mahal ini banyak yang diikutkan pada lomba kicau. TaksonomiHabitat Burung MuraiCiri & Morfologi Murai1. Warna Bulu Unik2. Ekor Panjang3. Ukuran Tubuh Murai4. Jenis Kelamin5. SuaraKeunikan Burung Murai1. Meniru Suara Burung Lain2. Jinak Pada Pemiliknya3. Bentuk & Kicauan4. Tiga Macam Warna5. Suka Tantangan Burung murai atau shamas merupakan burung pemakan serangga berukuran sedang. Selain gemar memakan serangga, pakan lainnya ada dari jenis buah-buahan. Genus Copsychus dikenalkan oleh naturalis Jerman, Johann Georg Wagler tahun 1827. Ia membagi burung murai dari genus tersebut menjadi 12 spesies, yaitu Copsychus fulicatus / Murai IndiaCopsychus saularis / Murai KampungCopsychus pyrropygus / Murai Ekor KuningCopsychus sechellarum / Murai SeychellesCopsychus mindanensis / Murai FilipinaCopsychus malabaricus / Kucica HutanCopsychus albiventris / Murai AndamanCopsychus luzoniensis / Murai Alis PutihCopsychus niger /Murai Ekor PutihCopsychus cebuensis / Murai Hitam Dari genus tersebut, Murai Seychelles merupakan salah satu burung yang populasinya paling sedikit atau langka. Diperkirakan keberadaannya terancam punah dengan total populasi kurang dari 250 ekor. Berikut adalah klasifikasi ilmiah burung murai secara umum, yaitu KerajaanAnimaliaFilumChordataKelasAvesOrdoPasseriformesFamiliMuscicapidaeGenusCopsychus Habitat Burung Murai Murai adalah burung yang berasal dari Asia. Di Indonesia, kelompok habitatnya ditemukan di berbagai hutan sekunder yang memiliki pepohonan hijau dan lebat. Jenis hutan dengan ciri demikian banyak terdapat di Pulau Jawa, Kepulauan Sumatera, hingga Kalimantan. Di Pulau Jawa, habitat murai mulai jarang ditemukan. Sebab penyebarannya menjadi tidak merata serta sangat terbatas karena kondisi hutan Jawa yang semakin memprihatinkan. Habitat murai di Jawa hanya ditemukan di beberapa kawasan konservasi dan cagar alam, seperti di Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Ujung Kulon. Satwa yang dikenal menguasi teritorial daerah habitatnya ini memiliki perilaku yang begitu khas, yakni akan menjadi lebih aktif serta protektif dalam mempertahankan wilayahnya jika disusupi oleh individu lain. Ciri & Morfologi Murai Ciri-ciri murai antara jenis satu dan lainnya terbilang hampir sama, meski tiap jenis berada di habitat dan wilayah kepulauan yang berbeda. Secara umum, karakteristik morfologi burung murai adalah sebagai berikut 1. Warna Bulu Unik Warna bulu satwa dari kelas Aves ini dominan hitam, kecuali pada bagian bawah dengan warna sedikit berbeda. Pada tubuh bagian bawah, terdapat bulu dengan warna lebih terang atau sedikit jingga. 2. Ekor Panjang Spesies murai mempunyai ekor cukup panjang dengan ukuran 20 cm sampai 30 cm. Ekor panjangnya akan tegak berdiri ketika sedang terkejut atau berkicau. Tetapi ada beberapa jenis murai ukuran ekornya lebih pendek atau kurang dari 20 cm. Sejumlah pendapat mengatakan bahwa ukuran ekor yang lebih pendek merupakan keuntungan tersendiri yang dimiliki burung. Sebab, staminanya tidak mudah habis sehingga volume serta kicaunya lebih lama. 3. Ukuran Tubuh Murai Ukuran panjang tubuh burung berwarna hitam ini sekitar 14 cm hingga 17 cm. Untuk jenis murai jantan, ukuran tubuhnya lebih besar dari pada betina. Beberapa jenis murai mempunyai tubuh yang berukuran kecil, namun ada pula yang lebih besar dari ukuran biasa. Pada spesies yang berukuran lebih kecil, daya tempur dan daya tahan tubuhnya lebih baik. Murai dengan daya tarung bagus biasanya berasal dari perkawinan silang dari dua jenis mura berbeda. 4. Jenis Kelamin Jenis kelamin burung murai terdiri atas jantan dan betina. Apabila kita ingin mengetahui jenis kelamin pada burung ini, sebaiknya tunggu hingga berumur satu bulan. Di bawah umur tersebut, biasanya penampakan jenis kelamin murai belum begitu jelas. Murai betina memiliki paruh berukuran lebih kecil serta melengkung dibandingkan jantan. Ukuran matanya tampak standar apabila dibandingkan dengan spesies jantan. Perbedaan lainnya juga tampak dari ukuran kepala dan bentuknya yang lebih kecil dan pendek dari jantan. 5. Suara Burung murai dikenal karena kemerduan kicaunya. Dalam berbagai kompetisi kicau, satwa dengan bulu indah ini kerap dijadikan jagoan. Salah satu kriteria dari lomba kicau murai adalah mencari suara yang paling nyaring dan merdu didengar. Suara burung jantan lebih lantang. Selain itu variasinya lebih banyak apabila dibandingkan dengan betina. Murai betina cenderung bervolume suara lebih pelan dan kecil. Keunikan Burung Murai Murai termasuk ke dalam kategori burung langka. Angka populasinya yang kian menurun setiap tahunnya menyebabkan keberadaannya semakin dicari oleh pecinta burung. Burung murai semakin populer berkat keunikan-keunikan yang dimilikinya, antara lain 1. Meniru Suara Burung Lain Burung murai, khususnya murai batu memiliki karakter sedikit tempramental. Tetapi pada sisi lainnya sikapnya cukup lucu. Jenis satu ini mampu menirukan kicau burung lain yang ada di sekitarnya. Bahkan kemampuan menirunya tidak hanya monoton. Karakternya yang menyukai tantangan membuatnya sanggup menirukan suara lawannya dengan lebih lantang. Perilaku unik ini membuat burung murai lebih unggul di pertandingan. 2. Jinak Pada Pemiliknya Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan murai sangat menarik. Walaupun berada di lingkungan baru, burung mahal ini tetap dapat hidup dengan nyaman. Sifatnya juga mudah jinak terhadap pemiliknya. Perilaku unik inilah yang membuat banyak digemari oleh pecinta burung. 3. Bentuk & Kicauan Kelebihan lainnya dapat dilihat dari fisik dan kicaunya yang begitu unik. Suara kicau murai sangat disukai karena sangat merdu. Variasi irama-irama yang dihasilkannya juga sangat beragam. Dari segi fisik, bentuknya sangat indah dan unik. Untuk kompetisi, burung murai terkenal tangguh. Sebab stamina yang dimilikinya sangat bagus. Apalagi jika didukung dengan perawatan maksimal. 4. Tiga Macam Warna Warna bulu murai sangatlah unik. Pada tubuhnya terdapat kombinasi warna bulu hingga tiga macam. Tiga jenis warna ini begitu menawan. Bagian-bagian warna yang berbeda terlihat pada bagian tubuh atas, bawah, dan bagian lain seperti kepala, sayap, ekor, hingga leher. Perbedaan warna yang dimilikinya terdapat pada posisi yang berbeda-beda. Tergantung pada tiap jenisnya. Hal ini juga dapat menjadi identitas tersendiri yang sangat khas. 5. Suka Tantangan Burung murai, khususnya murai petarung memiliki sifat yang suka terhadap tantangan. Sikapnya mudah marah karena karakter bawannya memang tangguh. Apabila mendengar kicau burung lain dan dianggap sebagai tantangan musuh, hal ini akan membuat emosinya tersulut. Murai akan siap bertarung dengan memberikan tanda khusus, yakni membusungkan dada serta perutnya. Selain itu, ekornya akan tersentak sebagai tanda dialah penguasa di daerah tersebut.

jumlah bulu sayap burung murai batu